Judul: Montilivi Menjadi Saksi Bisu: Ketika Real Madrid Lupa Cara Menjadi Raksasa
Oleh: Tim Redaksi Updatebola
Minggu malam di Montilivi seharusnya menjadi ajang pembuktian. Bagi Real Madrid, ini adalah kesempatan untuk membungkam kritik yang belakangan ini kian nyaring terdengar di lorong-lorong Santiago Bernabeu. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Skor akhir 1-1 melawan Girona bukan sekadar hasil imbang biasa; ini adalah cerminan nyata dari sebuah tim yang sedang sakit. Sebuah raksasa yang sedang limbung, kehilangan arah, dan—yang paling mengkhawatirkan—kehilangan identitasnya.
Nobar / Live Match : http://updatebola.live

Bagi Anda pembaca setia Updatebola yang menyaksikan laga tersebut, pasti merasakan frustrasi yang sama. Madrid tidak bermain seperti juara bertahan. Mereka bermain seperti tim yang kebingungan, seolah-olah jersey putih kebanggaan itu mendadak terlalu berat untuk dipikul oleh 11 pemain di lapangan.
90 Menit yang Menyiksa Mata
Mari kita bedah jalannya pertandingan. Di atas kertas, Real Madrid datang dengan skuad “Galacticos” abad ini. Ada Vinicius Jr, ada Jude Bellingham, dan tentu saja sang megabintang Kylian Mbappe. Namun, sepak bola tidak dimainkan di atas kertas. Di lapangan hijau Montilivi yang lembap, Girona—tim yang anggaran belanjanya mungkin hanya sepersekian dari gaji satu pemain Madrid—justru tampil lebih berani.
Babak pertama adalah pertunjukan mediokritas dari tim tamu. Alur bola macet. Transisi dari bertahan ke menyerang terlihat lambat dan mudah dibaca. Gol pembuka Madrid pun (mari kita jujur) lebih karena kilau individu daripada skema tim yang rapi. Sebuah aksi solorun atau tembakan spekulatif yang memang menjadi ciri khas “Madrid DNA” selama ini: mengandalkan momen ajaib saat sistem macet.
Namun, keajaiban tidak bisa terus-menerus menjadi strategi. Girona, di bawah asuhan Michel yang jenius, bermain taktis. Mereka tidak parkir bus. Mereka meladeni Madrid. Gol penyeimbang Girona di babak kedua adalah hukuman yang pantas. Itu bukan kecelakaan; itu adalah hasil dari eksploitasi celah di sisi sayap Madrid yang terus-menerus terekspos sepanjang laga. Saat peluit panjang berbunyi, skor 1-1 terasa adil bagi Girona, namun terasa seperti kekalahan memalukan bagi Los Blancos.
Carlo Ancelotti: Sampai Kapan “Tenang” Itu Efektif?
Sorotan utama Updatebola malam ini tertuju pada Don Carlo. Kita semua menghormati Carlo Ancelotti. Dia adalah legenda, pelatih dengan koleksi trofi yang bisa memenuhi satu museum. Tapi, dalam sepak bola modern yang menuntut intensitas tinggi dan tactical tweaking yang cepat, pendekatan Ancelotti mulai terlihat usang.
Melawan Girona, Madrid terlihat tanpa rencana B. Ketika Girona melakukan pressing tinggi, lini tengah Madrid panik. Luka Modric, meski magisnya abadi, tidak bisa lagi diharapkan untuk mengejar bola selama 90 menit penuh dalam tempo tinggi. Valverde berlari sendirian menutupi lubang yang ditinggalkan rekan-rekannya.
Pergantian pemain yang dilakukan Ancelotti pun terasa template. Menit 70, ganti posisi like-for-like. Tidak ada perubahan skema yang radikal untuk membongkar pertahanan lawan. Ancelotti tampak terlalu percaya pada “kekuatan persahabatan” dan kualitas individu pemainnya untuk menyelesaikan masalah. Masalahnya, ketika individu-individu itu sedang off-form, Madrid tidak punya sistem dasar yang kuat untuk bersandar. Apakah taktik “berikan bola ke Vini/Mbappe dan berdoa” masih relevan di 2025? Rasanya tidak.
Disharmoni Lini Depan: Ego atau Masalah Posisi?
Isu yang paling hangat dibicarakan di kolom komentar Updatebola adalah tentang lini depan Madrid. Trio yang digadang-gadang akan menghancurkan Eropa justru terlihat sering bertabrakan satu sama lain. Di laga melawan Girona, kita melihat Kylian Mbappe dan Vinicius Jr sering berada di zona yang sama. Keduanya ingin menyisir dari kiri, keduanya ingin menjadi pusat serangan.
Akibatnya, sisi kanan serangan Madrid mati suri. Rodrygo (atau siapa pun yang dipasang di kanan) seringkali terisolasi. Lapangan menjadi sempit. Bek Girona dengan mudah menumpuk pemain di satu sisi karena tahu ancaman hanya datang dari sana.
Bahasa tubuh para pemain juga mengkhawatirkan. Seringkali terlihat lambaian tangan tanda protes saat operan tidak sampai, atau kepala yang tertunduk saat kehilangan bola. Tidak ada spark, tidak ada api semangat untuk merebut bola kembali secepat mungkin (gegenpressing). Yang ada hanyalah sekumpulan bintang yang menunggu bola datang ke kaki mereka. Ini bukan Real Madrid yang kita kenal saat era “remontada”. Ini adalah tim yang manja.
Lini Tengah yang Kehilangan Kompas
Sejak ditinggal Toni Kroos pensiun, Madrid sepertinya belum benar-benar menemukan metronom baru. Tchouameni adalah pemutus serangan yang handal, tapi dia bukan pengatur ritme. Camavinga punya energi, tapi terkadang masih gegabah. Di laga vs Girona, ketiadaan sosok yang bisa mendikte tempo permainan sangat terasa.
Bola terlalu cepat dialirkan ke depan tanpa persiapan matang, atau justru terlalu lama diputar-putar di belakang tanpa progresi. Girona, dengan lini tengah yang lebih disiplin, berhasil memotong jalur suplai bola ke Bellingham. Hasilnya? Bellingham terpaksa turun jauh ke belakang untuk menjemput bola, membuatnya tidak efektif di kotak penalti lawan—area di mana dia paling mematikan.
Pertahanan: Rapuh dan Mudah Diekspos
Mari bicara soal lini belakang. Kebobolan satu gol mungkin terdengar wajar, tapi prosesnya yang membuat kita geleng-geleng kepala. Full-back Madrid seringkali terlambat turun saat transisi negatif. Eder Militao dan Rudiger dipaksa bekerja ekstra keras menutupi ruang yang luas.
Girona menyadari kelemahan ini. Mereka terus memborbardir sisi sayap, mengirimkan umpan silang atau cut-back yang berbahaya. Courtois memang melakukan satu-dua penyelamatan gemilang, tapi kiper sehebat apapun akan bobol juga jika terus-menerus dihujani tembakan. Koordinasi antar bek terlihat kacau, komunikasi minim, dan ini dimanfaatkan dengan cerdik oleh penyerang Girona.
Girona: Bukan Lagi Tim Kejutan
Analisis ini tidak akan lengkap tanpa memberikan kredit kepada tuan rumah. Girona bukan lagi “tim kejutan” atau “kuda hitam”. Mereka adalah realitas baru di La Liga. Di bawah Michel, mereka memainkan sepak bola yang modern, berani, dan atraktif.
Hasil imbang 1-1 ini membuktikan bahwa Montilivi adalah benteng yang angker. Mereka tidak gentar melihat logo Real Madrid. Mentalitas inilah yang membuat La Liga semakin menarik, sekaligus menjadi peringatan keras bagi Madrid dan Barcelona bahwa ada kekuatan ketiga yang siap menyodok kapan saja.
Dampak pada Klasemen dan Moril Tim
Satu poin dari Montilivi jelas merupakan kerugian besar bagi Real Madrid dalam perburuan gelar juara. Di saat rival abadi mereka mungkin sedang tancap gas, Madrid justru membuang poin-poin krusial di laga yang seharusnya bisa dimenangkan (atau setidaknya, laga di mana mereka seharusnya tampil dominan).
Lebih dari sekadar poin, dampak psikologis dari hasil dan performa buruk ini bisa merusak ruang ganti. Media Spanyol pasti akan mulai “menggoreng” isu pemecatan Ancelotti atau ketidakharmonisan pemain bintang. Tekanan akan semakin besar di laga berikutnya. Jika Ancelotti tidak segera menemukan ramuan ajaib untuk menyeimbangkan ego bintang dan kebutuhan taktik, musim ini bisa berakhir bencana.
Kesimpulan: Waktunya Berbenah atau Lupakan Trofi
Real Madrid sedang di persimpangan jalan. Hasil 1-1 kontra Girona adalah lampu kuning yang sudah menyala sangat terang. Ini bukan sekadar “nasib sial”. Ini adalah akumulasi dari masalah taktik yang stagnan, adaptasi pemain baru yang belum tuntas, dan penurunan intensitas permainan.
Fans Real Madrid, dan juga pembaca Updatebola, tentu tidak menuntut timnya menang 5-0 setiap pekan. Yang dituntut adalah karakter. Karakter “Pantang Menyerah” yang selama ini menjadi DNA klub. Karakter itu tidak terlihat di Montilivi.
Ancelotti punya PR besar. Dia harus berani mengambil keputusan tidak populer. Mungkin mencadangkan pemain bintang yang malas berlari? Mungkin mengubah formasi dasar? Apapun itu, harus dilakukan segera. Karena di Real Madrid, kesabaran adalah barang yang sangat langka. Jika performa buruk ini berlanjut, jangan kaget jika kita melihat perubahan besar di kursi kepelatihan sebelum musim berakhir.
Kita tunggu respons Los Blancos di laga selanjutnya. Apakah mereka akan bangkit mengaum, atau justru semakin terlelap dalam tidur panjangnya?
Pantau terus perkembangan berita Liga Spanyol, analisis taktik, dan drama bursa transfer hanya di Updatebola. Sumber terpercaya untuk penggila bola.
Crystal Palace 1-2 Manchester United: Analisis UpdateBola
FC Barcelona Bangkit Usai Kalahkan Alavés 3-1
Timnas Indonesia U22 Berangkat ke Thailand 27 Nov 2025
